Cari Blog Ini

Senin, 28 Januari 2013

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

Dikampus sambil nunggu yang ditunggu, lalu buka lepi ada dan menemukan sesuatu yang pengin saya share ke teman-teman. Yah.. Kali ini kita akan bahas bareng terkait Praktikum Kimia Organik terkait

Analisis Kualitatif Unsur dan Penentuan Sifat Kelarutan. Nah.. Nyok kita tilik bareng2.. Hehehe...



       I.            Judul
Analisis Kualitatif Unsur dan Penentuan Sifat Kelarutan
    II.            Tujuan Percobaan
1.      Mahasiswa dapat menganalisis secara kualitatif suatu unsur dalam senyawa organik.
2.      Menentukan kelarutan dan unsur-unsur yang ada dalam senyawa organik.
 III.            Dasar Teori
Identifikasi struktur senyawa organik merupakan masalah yang dihadapi dalam laboratorium kimia organik. Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi atau hasil isolasi bahan-bahan alam. Dalam sintesis seringkali dijumpai senyawa baru atau senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam isolasi bahan akan diperlukan suatu analisis struktur dari bahan yang diisolasi untuk mengetahui senyawa yang diperoleh.
Untuk keperluan identifikasi senyawa organik tersebut, diperlukan cara yang sistematis dan logis. Cara umum untuk mendukung keperluan identifikasi senyawa yang belum diketahui terdiri dari beberapa langkah :
1.      Penentuan konstanta sifat fisika.
2.      Analisa kualitatif unsur yaitu menentukan unsur-unsur yang ada dalam suatu senyawa.
3.      Penentuan sifat kelarutan dari senyawa tersebut.
4.      Analisis gugus fungsi dengan bantuan spektrofotometer inframerah.
5.      Uji karakteristik kimia yaitu untuk menentukan golongan (keton,alkohol,dll) bahan yang belum diketahui.
6.      Penelusuran literatur untuk senyawa yang mempunyai golongan yang sama dapat dipastikan dengan mudah nama senyawa yang tidak diketahui.
7.      Pembuatan senyawa turunan yaitu untuk memastikan senyawa yang diidentifikasi.
Sekalipun telah banyak ditemukan unsur yang terdapat di alam. Namun unsur yang ada dalam senyawa organik pada umumnya meliputi unsur-unsur nitrogen, klorida, iodide, belerang, hidrogen, oksigen dan karbon. Unsur hidrogen, belerang dan klorida dapat dideteksikan sebagai senyawa ionic yang dihasilkan dari reaksi antara natrium dengan unsur-unsur tersebut pada suhu tinggi. Di dalam reaksi senyawa organik diubah menjadi natrium halida dan belerang diubah menjadi natrium sulfida.
Beberapa identifikasi unsur dalam senyawa organik adalah sebagai berikut:
a.      Identifikasi Hidrogen
Karena jumlah senyawa organik yang tidak mengandung hidrogen adalah sangat sedikit. Identifikasi hidrogen dalam senyawa organik tidak begitu banyak bermanfaat. Hidrogen diisolasi dengan jalan pembakaran dan air yang dihasilkan ditentukan dengan pereaksi Karl-firber, pereaksi kalsium karbida, magnesium nitrida ataupun spektroskopi IR.
[C,H] + O2 à H2O
b.      Identifikasi Oksigen
Identifikasi oksigen dalam senyawa organik membutuhkan peralatan yang khusus dan mahal. Senyawa yang dicampur arang diuraikan dalam nitran gas nitrogen dan uap yang terjadi dialirkan pada kontak kaca yang dipanaskan pada suhu 100oC. Dalam hal ini oksigen organik senyawa kualitatif diubah menjadi karbon monoksida yang dapat diidentifikasikan dengan iod peroksida.
[C,O] n + Cn à n CO dalam senyawa organik
I2O5 + 5 CO à 5 CO2 + I2
c.       Identifikasi Nitrogen
Identifikasi ini dilakukan dengan percobaan Lassargne yaitu destruksi reduksi. Senyawa dengan pemanasan logam natrium. Nitrogen yang terikat secara organik dalam hal ini diubah menjadi natrium sianida.
[C,N] +Na à NaCN dalam senyawa organik
Sianida yang terbentuk diidentifikasikan dalam asam asetat dengan timbel (II)asetat (pewarna hitam) atau dalam larutan alkali dengan natrium pentasianoferat (II) (pewarna violet)
S2- + Pb 2+ à PbS (hitam)
[Fe (CN)5 NO]2- + S2- à[Fe (CN)5 NO5]4- (violet)
d.      Identifikasi Nitrogen+Belerang
Jika suatu senyawa organik mengandung nitrogen dan belerang bersama-sama dengan destruksi Lassargne akan terbentuk tiosianat, tergantung dari campuran nitrogen/belerang apakah nantinya akan terbentuk natrium sianida/natrium sulfida. Identifikasi tiosianat dapat dilakukan dengan besi (III) klorida.
[C,N,S] +Na à NaSCN dalam senyawa organik
e.       Identifikasi Halogen
Senyawa halogen organik dengan berat molekul rendah yang dapat terbakar ditunjukkan dengan batang pengaduk gelas dibasahi dengan ammonia dan diletakkan dalam gas hasil pembakaran, akan terjadi kabut ammonium halogenida.
[C,X,N] +O2 à HX +CO2 dalam senyawa organik
HX + NH3 à NH4- (mengendap)        X = F,Cl,Br,I
Senyawa halogen yang sedikit dan tidak mudah menguap dapat ditentukan dengan percobaan Beilstein. Untuk itu sejumlah kecil cuplikan dipanaskan dengan kawat tembaga. Jika ada halogen yang akan terjadi nyala api hijau biru yang disebabkan oleh tembaga halogenida.
[C,X ]+Cuà CuX2
Dengan penguraian metode Lassargne, senyawa yang mengandung halogen memberikan natrium halogenida termasuk natrium flourida. Oleh karena itu, halogenida ini dapat dikarakterisasi dengan cara sama yang berlaku untuk anorganik, dengan reaksi:
[C,X] + Na à NaX
f.       Identifikasi Fosfor
Dalam sebagian besar senyawa organik seperti farmasenik, fosfor merupakan turunan asam phospat dan dapat diidentifikasi sebagai fosfor setelah terhidrolisis. Jika tidak demikian, senyawa fosfor organik didestruksi oksidatif dengan cara memanaskannya dengan asam nitrat dan natrium peroksida serta Bom wurzsohiniff (cawan nikel yang ditutup dan disekrup). Disini juga akan terjadi fosfor yang dapat diidentifikasi dengan cara terkenal yaitu ammonium.
[C,P] + Na2CO2 à Na3PO3
[C,P ]+ HNO3 à H3PO4
Suatu identifikasi juga didasarkan pada kelarutan suatu senyawa itu dalam senyawa lain. Kelarutan merupakan kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan sejumlah zat pelarut. Semakin besar nilai kelarutan, maka zat akan semakin sukar mengendap begitu pula sebaliknya, semakin kecil nilai kelarutan, maka zat akan semakin mudah membentuk suatu endapan. Sifat suatu zat dalam pelarut yang berbeda akan mempengaruhi nilai kelarutannya. Jika pelarut dan zat terlarut memiliki kesamaan sifat maka akan dengan mudah larut, tetapi jika pelarut dan zat terlarut tidak memiliki kesamaan sifat maka akan sukar melarut dalam pelarutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu :
a.       Temperatur
b.      Pelarut
c.       Efek ion senama
d.      Pengaruh aktifator
e.       Pengaruh pH
f.       Efek kompleks
Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut tertentu ditentukan oleh sifat senyawa tersebut dan sifat pelarutnya apakah polar atau nonpolar. Pada percobaan kali ini digunakan pelarut bersifat polar yaitu aquades, NaOH, HCl encer, dan H2SO4, sedangkan pelarut bersifat non polar yaitu eter. Dan menggunakan senyawa bersifat polar yaitu metanol, maltosa, asam askorbat, sedangkan senyawa bersifat non polar yaitu benzena.
 IV.            Cara Kerja
A.    Tes dengan peleburan Natrium
Pada tabung reaksi I
a.       Menempatkan potongan logam Na ke dalam tabung reaksi I yang benar-benar kering, lalu menambahkan sampel berupa Anilin 3 tetes dan memanaskannya.
b.      Menambahkan 3 ml metanol ke dalam campuran tersebut.
c.       Menambahkan aquades ke dalam tabung tersebut dan menyaringnya.
Pada tabung reaksi II
a.       Menempatkan potongan logam Na ke dalam tabung reaksi II yang benar-benar kering, lalu menambahkan sampel berupa Diklorometana 3 tetes dan memanaskannya.
b.      Menambahkan 3 ml metanol ke dalam campuran tersebut.
c.       Menambahkan aquades ke dalam campuran tersebut dan menyaringnya.
1.      Tes adanya Nitrogen
a.       Filtrat dari peleburan logam Na ditambahkan kristal FeSO4, lalu memanaskannya.
b.      Menambahkan H2SO4 encer pada larutan dan menambahkan KF 5%.
2.      Tes adanya Belerang
a.       Filtrat dari peleburan logam Na ditambahkan CH3COOH.
b.      Menambahkan Pb Asetat.
3.      Tes adanya Halogen
a.       Filtrat dari peleburan logam Na ditambahkan HNO3 encer.
b.      Menanbahkan AgNO3, lalu menyaringnya.
c.       Endapan yang dihasilkan ditambahkan NH4OH
B.     Tes Kelarutan
1.      Kelarutan dalam air
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan diuji, lalu menambahkan 2 ml aquades. Mengocoknya dan mengamati larut atau tidak.
2.      Kelarutan dalam Eter
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan diuji, lalu menambahkan 2 ml eter. Mengocoknya dan mengamati larut atau tidak.
3.      Kelarutan dalam NaOH
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan diuji, lalu menambahkan 2 ml NaOH. Mengocoknya dan mengamati larut atau tidak.
4.      Kelarutan dalam HCl
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan diuji, lalu menambahkan 2 ml HCl. Mengocoknya dan mengamati larut atau tidak.
5.      Kelarutan dalam H2SO4 pekat
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan diuji, lalu menambahkan 2 ml H2SO4. Mengocoknya dan mengamati larut atau tidak.
    V.            Data Pengamatan
(a)    Tes dengan Peleburan Logam Na
Perlakuan
Pengamatan
Logam Na dipanaskan pada dua tabung reaksi:
(i) tabung reaksi pertama
-          Na yang dipanaskan + anilin kemudian dipanaskan
-          didinginkan +metanol, +aquades





-          disaring maka terbentuk ppt+filtrat
-          filtrat dibagi menjadi dua:
a.       +CH3COOH, +Pb Asetat (uji belerang)

b.      +FeSO4 kemudian dipanaskan, +H2SO4 encer, + KF 5% (uji nitrogen)
(ii) tabung reaksi kedua
-          Na dipanaskan + diklorometana kemudian dipanaskan

-          didinginkan kemudian ditambahkan metanol dan aquades



-          disaring sehingga terbentuk ppt+filtrat

-          filtrat + HNO3 encer

-          kemudian + AgNO3 exes


-          disaring terbentuk ppt+filtrat

-          ppt+NH4OH ( Uji Halogen)



warna logam menjadi hitam

+ metanol = menghasilkan gas, gelembung, endapan coklat dan filtrat coklat kehitaman.
+ aquades = terbentuk 2  lapisan, endapan mengembang, lapisan bawah coklat.

endapan setelah disaring berwarna hitam


tidak terbentuk endapan hitam


terbentuk endapan biru prusi



Na melarut sehingga terdapat endapan putih

+ metanol = ada gelembung, Na bereaksi terbentuk endapan putih dan hitam, berbau menyengat, filtrat keruh.
+ aquades = endapan sebagian diatas dan dibawah

setelah disaring filtrat putih keruh


filtrat lebih bening

larutan berwarna putih susu dan ada endapan putih

endapan putih + fitrat bening

endapan menyatu/ larut, menghasilkan gas menyengat

(b)   Tes Kelarutan
             zat terlarut
zat pelarut
metanol
benzena
maltosa
asam askorbat
Aquades

larut
tidak larut
larut
larut
Eter

larut
tidak larut
tidak larut
tidak larut
NaOH

larut
tidak larut
larut
larut
HCl

larut
tidak larut
larut
larut
H2SO4 pekat

larut
tidak larut
tidak larut
larut

 VI.            Pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk dapat menganalisis secara kualitatif suatu unsur dalam senyawa organik serta dapat menentukan kelarutan dan unsur-unsur yang ada dalam senyawa organik.
Pada dasarnya, suatu identifikasi struktur senyawa organik merupakan masalah yang dihadapi dalam laboratorium kimia organik. Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi atau hasil isolasi bahan-bahan alam. Dalam sintesis seringkali dijumpai senyawa baru atau senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam isolasi bahan akan diperlukan suatu analisis struktur dari bahan yang diisolasi untuk mengetahui senyawa yang diperoleh.
Untuk keperluan identifikasi senyawa organik tersebut, diperlukan cara yang sistematis dan logis. Cara umum untuk mendukung keperluan identifikasi senyawa yang belum diketahui terdiri dari beberapa langkah :
1.      Penentuan konstanta sifat fisika.
2.      Analisa kualitatif unsur yaitu menentukan unsur-unsur yang ada dalam suatu senyawa.
3.      Penentuan sifat kelarutan dari senyawa tersebut.
4.      Analisis gugus fungsi dengan bantuan spektrofotometer inframerah.
5.      Uji karakteristik kimia yaitu untuk menentukan golongan (keton,alkohol,dll) bahan yang belum diketahui.
6.      Penelusuran literatur untuk senyawa yang mempunyai golongan yang sama dapat dipastikan dengan mudah nama senyawa yang tidak diketahui.
7.      Pembuatan senyawa turunan yaitu untuk memastikan senyawa yang diidentifikasi.
Sekalipun telah banyak ditemukan unsur yang terdapat di alam. Namun unsur yang ada dalam senyawa organik pada umumnya meliputi unsur-unsur nitrogen, klorida, iodide, belerang, hidrogen, oksigen dan karbon.
Beberapa identifikasi unsur dalam senyawa organik yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
A.    Tes dengan Peleburan Logam Na
Cara mengidentifikasi suatu unsur dapat menggunakan logam natrium. Pertama-tama, logam natrium yang berwarna abu-abu dipanaskan dalam dua tabung reaksi yang benar-benar kering. Jika tabung reaksi masih basah/mengandung air akan menimbulkan letupan jika bereaksi dengan Na karena Na sangat reaktif dengan air. Setelah dipanaskan sampai keluar asap, logam Na didinginkan dahulu. Kemudian ditambahkan anilin dan diklorometana pada tabung yang lain. Setelah penambahan anilin terbentuk endapan berwarna hitam dan penambahan diklorometana terdapat larutan berwarna putih serta ada endapan putihnya juga. Selanjutnya kedua tabung reaksi itu ditambahkan metanol dan aquades. Penambahan metanol berfungsi untuk menghilangkan logam Na yang masih ada dan ditambahkan aquades agar Na bereaksi menjadi NaOH membentuk endapan. Kemudian dididihkan sampai timbul gas, yang kemungkinan adalah H2. Reaksi yang terjadi adalah
2Na + 2 H2O à 2Na+ + 2 OH- + H2 (g)
Setelah dingin disaring dengan kertas saring yang bertujuan untuk memperoleh filtrat/menghilangkan endapan yang ada. Filtrat yang diperoleh dari kedua tabung reaksi seharusnya jernih tetapi pada tabung reaksi kedua (penambahan diklorometana) filtrat putih keruh karena kebanyakan aquades.
a.       Tes adanya nitrogen
Identifikasi ini dilakukan dengan percobaan Lassargne yaitu destruksi reduksi. Senyawa dengan pemanasan logam natrium. Nitrogen yang terikat secara organik dalam hal ini diubah menjadi natrium sianida.
[C,N] +Na à NaCN dalam senyawa organik
Sianida yang terbentuk diidentifikasikan dalam asam asetat dengan timbel (II) asetat (pewarna hitam) atau dalam larutan alkali dengan natrium pentasianoferat (II) (pewarna violet)
S2- + Pb 2+ à PbS (hitam)
[Fe (CN)5 NO]2- + S2- à[Fe (CN)5 NO5]4- (violet)
Pada percobaan kali ini untuk mengetahui adanya nitrogen maka filtrat hasil anilin (tabung reaksi pertama) ditambahkan FeSO4 yang menghasilkan larutan coklat muda dan setelah dipanaskan ada endapan hitam sedikit. Kemudian didinginkan baru ditambah H2SO4 encer, larutan menjadi gel yang terbentuk 2 lapisan, atas berwarna coklat muda dan bawah berwarna hitam. Kemudian adanya penambahan KF 5% ini terbentuk endapan biru prusi. Penambahan KF berfungsi untuk mengidentifikasi adanya nitrogen dalam larutan. Jika dalam larutan ada nitrogen maka akan timbul endapan biru prusi. Dan pada saat percobaan terbukti adanya nitrogen karena endapan yang terbentuk  berwarna biru prusi sama seperti teori.
b.      Tes adanya belerang
Jika suatu senyawa organik mengandung nitrogen dan belerang bersama-sama dengan destruksi Lassargne akan terbentuk tiosianat, tergantung dari campuran nitrogen/belerang apakah nantinya akan terbentuk natrium sianida/natrium sulfida. Identifikasi tiosianat dapat dilakukan dengan besi (III) klorida.
[C,N,S] +Na à NaSCN dalam senyawa organik
Untuk mengetahui adanya belerang maka filtrat hasil dari penambahan anilin (tabung reaksi pertama) ditambah CH3COOH dan Pb(CH3COO)2. Setelah penambahan kedua larutan tersebut tidak terbentuk endapan hitam padahal jika terdapat belerang didalamnya membentuk endapan hitam PbS.
Reaksi : S2- + Pb2- à PbS (hitam)
Penambahan Pb(CH3COO)2 bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya belerang dalam suatu larutan.

c.       Tes adanya halogen
Pada dasarnya senyawa halogen organik dengan berat molekul rendah yang dapat terbakar ditunjukkan dengan batang pengaduk gelas dibasahi dengan ammonia dan diletakkan dalam gas hasil pembakaran, akan terjadi kabut ammonium halogenida.
[C,X,N] +O2 à HX +CO2 dalam senyawa organik
HX + NH3 à NH4- (mengendap)  ; X = F,Cl,Br,I
Pada percobaan ini melakukan percobaan yang cukup sederhana yaitu dengan filtrat pada tabung reaksi kedua (penambahan diklorometana) ditambah dengan HNO3 encer larutan akan menjadi lebih bening, kemudian ditambah AgNO3 encer berlebih menghasilkan endapan putih dan larutan putih susu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam larutan terdapat halogen. Kemudian endapan ditambahkan amonia dan endapannya larut serta timbul gas menyengat. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam larutan mengandung klorida karena terbentuk endapan putih dan larut dalam amonia. Sedangkan halogen yang lain tidak larut dalam amonia.
B.     Tes Kelarutan
Pada dasarnya, kelarutan merupakan kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan sejumlah zat pelarut. Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut tertentu ditentukan oleh sifat senyawa tersebut dan sifat pelarutnya apakah polar atau nonpolar. Prinsipnya menggunakan kaidah “Like Disolve like” bahwa senyawa polar dapat larut dalam senyawa polar juga, sedangkan senyawa non-polar dapat larut dalam senyawa non-polar. Pada percobaan kali ini digunakan pelarut bersifat polar yaitu aquades, NaOH, HCl encer, dan H2SO4, sedangkan pelarut bersifat non polar yaitu eter. Dan menggunakan senyawa bersifat polar yaitu metanol, maltosa, asam askorbat, sedangkan senyawa bersifat non polar yaitu benzena.
1.      Kelarutan Dalam Air
Pada percobaan ini, masing-masing sampel sebanyak 0,1 gr diuji kelarutannya terhadap air, yang bersifat polar : dari tes dilakukan, ternyata baik asam askorbat, maltosa, metanol larut, sedangkan benzena tidak larut. Hal ini disebabkan karena asam askorbat, maltosa dan metanol adalah senyawa polar, sehingga dapat larut dalam air yang juga bersifat polar, berbeda dengan benzena yang merupakan senyawa non polar sehingga tidak dapat larut dalam air. Hal ini sesuai dengan prinsip like disolve like, yaitu tergantung pada kepolaran senyawa. Urutan kepolaran : maltosa > asam askorbat > metanol > benzena. Jadi, dapat disimpulkan bahwa maltosa, asam askorbat dan methanol memiliki sifat yang sama dengan air yaitu sama-sama senyawa polar.
2.      Kelarutan Dalam Eter
Pada uji kelarutan terhadap eter, sempel yang digunakan masih sama yaitu asam askorbat, maltosa, metanol dan benzena. Hasil percobaan asam askorbat, benzena, maltosa tidak larut. Sedangkan metanol larut. Campuran asam askorbat dan eter membentuk endapan kuning dengan filtrat bening, sedangkan campuran maltosa dan eter membentuk endapan putih dengan filtrat bening. Senyawa yang biasanya larut dalam eter dan air adalah senyawa non ionik, namun banyak senyawa yang tidak larut dalam air, dapat larut dalam eter. Jika senyawa organik larut dalam air, tetapi tidak larut dalam eter kemungkinan senyawa itu merupakan senyawa ionik atau senyawa dengan dua atau lebih gugus polar tetapi taom karbonnya kurang dari 4 tiap gugus polar . urutan kepolaran: metanol > maltosa > asam askorbat > benzena.
3.      Kelarutan dalam HCl
Dari percobaaan didapat data bahwa yang larut dalam HCl adalah metanol, maltosa, dan asam askorbat, karena sama-sama bersifat polar. Sedangkan benzena tidak larut dalam HCl, karena keduanya mempunyai sifat kepolalaran yang berbeda, HCl bersifat polar sedangkan benzena bersifat non polar. Hal ini sesuai dengan dengan teori “Like Disolve Like”.
4.      Kelarutan dalam H2SO4 pekat
Pada percobaan ini diperoleh data bahwa yang dapat larut dalam H2SO4 encer adalah metanol dan asam askorbat, karena  sama-sama bersifat polar. Namum pada percobaan, maltosa tidak dapat larut dalam dalam  H2SO4 encer, hal ini tidak sesuai dengan teori, damana seharusnya maltosa larut dalam H2SO4 encer karena sama-sama bersifat polar. Benzena tidak larut dalam H2SO4 encer karena keduanya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda.
5.      Kelarutan dalam NaOH   
Larutan NaOH merupakan kelarutan basa kuat. NaOH merupakan senyawa polar yang berfungsi sebagai pengujian gugus basa. Hal ini dibuktikan dalam percobaan bahwa maltosa, metanol dan asam askorbat larut dalam NaOH, karena sama-sama bersifat polar. Sedangkan benzena tidak larut dalam NaOH, karena berbeda sifat kelarutannya, damana NaOH bersifat polar sedangkan benzena bersifat non polar. Hal ini sesuai dengan teori “Like Disolve Like”.
VII.            Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Identifikasi struktur senyawa organik dapat dilakukan dengan analisis kualitatif (warna,gas,endapan) dengan mereaksikan sampel dengan pelarut tertentu.
2.      Kelarutan suatu senyawa ditentukan dari sifat senenyawa ditentukan dari sifat senyawa yaitu polar dan non-polar.
3.      Berdasarkan kaidah “like disolve like”, senyawa polar akan larut dalam senyawa polar, sedangkan senyawa non-polar akan larut dalam senyawa non-polar.
4.      Sifat non-polar  yang dominan akan mengurangi daya kelarutan suatu senyawa dalam pelarut.
5.      Untuk mengidentifikasi struktur senyawa organik dilakukan dengan tes nitrogen, tes belerang, tes halogen dan tes kelarutan.
6.      Kelarutan dipengaruhi oleh sifat suatu zat, zat pelarut , temperatur dan tekanan.
7.      Dari percobaan diperoleh data:
o   Dalam sampel mengandung klorida dan nitrogen.
o   Zat pelarut bersifat polar adalah air, H2SO4 pekat , HCl, NaOH; sedangkan zat pelarut bersifat non-polar adalah eter.
o   Maltosa larut dalam air, HCl, NaOH
Benzena tidak larut dalam pelarut yang ada
Metanol larut dalam air, eter, HCl, NaOH, H2SO4 pekat
Asam askorbat larut dalam air, NaOH, HCl, H2SO4 pekat

VIII.            Daftar Pustaka
Anwar,Chairil,dkk.1996.Pengantar Praktikum Kimia Organik I.Yogyakarta: F.MIPA UGM.
Fessenden and Fessenden.1999.Kimia Organik I.Jakarta: Erlangga.
Redjeki,Tri.1999.Kimia Dasar II.Surakarta: UNS Press.
Siregar,Morgong.1988.Dasar Kimia Organik.Jakarta: Depdikbud.
Susanti,Elfi.2011.Petunjuk Praktikum Kimia Organik I.Surakarta: UNS Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar