Analisis Kualitatif Unsur dan Penentuan
Sifat Kelarutan. Nah.. Nyok kita tilik bareng2.. Hehehe...
I.
Judul
Analisis Kualitatif Unsur dan
Penentuan Sifat Kelarutan
II.
Tujuan
Percobaan
1. Mahasiswa
dapat menganalisis secara kualitatif suatu unsur dalam senyawa organik.
2. Menentukan
kelarutan dan unsur-unsur yang ada dalam senyawa organik.
III.
Dasar
Teori
Identifikasi
struktur senyawa organik merupakan masalah yang dihadapi dalam laboratorium
kimia organik. Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi atau
hasil isolasi bahan-bahan alam. Dalam sintesis seringkali dijumpai senyawa baru
atau senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam isolasi bahan akan diperlukan suatu
analisis struktur dari bahan yang diisolasi untuk mengetahui senyawa yang
diperoleh.
Untuk
keperluan identifikasi senyawa organik tersebut, diperlukan cara yang
sistematis dan logis. Cara umum untuk mendukung keperluan identifikasi senyawa
yang belum diketahui terdiri dari beberapa langkah :
1. Penentuan
konstanta sifat fisika.
2. Analisa
kualitatif unsur yaitu menentukan unsur-unsur yang ada dalam suatu senyawa.
3. Penentuan
sifat kelarutan dari senyawa tersebut.
4. Analisis
gugus fungsi dengan bantuan spektrofotometer inframerah.
5. Uji
karakteristik kimia yaitu untuk menentukan golongan (keton,alkohol,dll) bahan
yang belum diketahui.
6. Penelusuran
literatur untuk senyawa yang mempunyai golongan yang sama dapat dipastikan
dengan mudah nama senyawa yang tidak diketahui.
7. Pembuatan
senyawa turunan yaitu untuk memastikan senyawa yang diidentifikasi.
Sekalipun
telah banyak ditemukan unsur yang terdapat di alam. Namun unsur yang ada dalam senyawa
organik pada umumnya meliputi unsur-unsur nitrogen, klorida, iodide, belerang, hidrogen,
oksigen dan karbon. Unsur hidrogen, belerang dan klorida dapat dideteksikan
sebagai senyawa ionic yang dihasilkan dari reaksi antara natrium dengan
unsur-unsur tersebut pada suhu tinggi. Di dalam reaksi senyawa organik diubah
menjadi natrium halida dan belerang diubah menjadi natrium sulfida.
Beberapa
identifikasi unsur dalam senyawa organik adalah sebagai berikut:
a.
Identifikasi
Hidrogen
Karena jumlah senyawa organik yang tidak
mengandung hidrogen adalah sangat sedikit. Identifikasi hidrogen dalam senyawa
organik tidak begitu banyak bermanfaat. Hidrogen diisolasi dengan jalan
pembakaran dan air yang dihasilkan ditentukan dengan pereaksi Karl-firber,
pereaksi kalsium karbida, magnesium nitrida ataupun spektroskopi IR.
[C,H] + O2 à
H2O
b.
Identifikasi
Oksigen
Identifikasi oksigen dalam senyawa organik
membutuhkan peralatan yang khusus dan mahal. Senyawa yang dicampur arang
diuraikan dalam nitran gas nitrogen dan uap yang terjadi dialirkan pada kontak kaca
yang dipanaskan pada suhu 100oC. Dalam hal ini oksigen organik senyawa
kualitatif diubah menjadi karbon monoksida yang dapat diidentifikasikan dengan
iod peroksida.
[C,O]
n + Cn à
n CO dalam senyawa organik
I2O5
+ 5 CO à
5 CO2 + I2
c.
Identifikasi
Nitrogen
Identifikasi ini dilakukan dengan
percobaan Lassargne yaitu destruksi reduksi. Senyawa dengan pemanasan logam
natrium. Nitrogen yang terikat secara organik dalam hal ini diubah menjadi
natrium sianida.
[C,N] +Na à
NaCN dalam senyawa organik
Sianida yang terbentuk diidentifikasikan
dalam asam asetat dengan timbel (II)asetat (pewarna hitam) atau dalam larutan
alkali dengan natrium pentasianoferat (II) (pewarna violet)
S2- + Pb 2+
à
PbS (hitam)
[Fe (CN)5
NO]2- + S2- à[Fe (CN)5
NO5]4- (violet)
d.
Identifikasi
Nitrogen+Belerang
Jika suatu senyawa organik mengandung
nitrogen dan belerang bersama-sama dengan destruksi Lassargne akan terbentuk
tiosianat, tergantung dari campuran nitrogen/belerang apakah nantinya akan
terbentuk natrium sianida/natrium sulfida. Identifikasi tiosianat dapat
dilakukan dengan besi (III) klorida.
[C,N,S] +Na à
NaSCN dalam senyawa organik
e.
Identifikasi
Halogen
Senyawa halogen organik dengan berat
molekul rendah yang dapat terbakar ditunjukkan dengan batang pengaduk gelas
dibasahi dengan ammonia dan diletakkan dalam gas hasil pembakaran, akan terjadi
kabut ammonium halogenida.
[C,X,N] +O2 à
HX +CO2 dalam senyawa organik
HX + NH3 à
NH4- (mengendap) X =
F,Cl,Br,I
Senyawa halogen yang sedikit dan tidak
mudah menguap dapat ditentukan dengan percobaan Beilstein. Untuk itu sejumlah
kecil cuplikan dipanaskan dengan kawat tembaga. Jika ada halogen yang akan
terjadi nyala api hijau biru yang disebabkan oleh tembaga halogenida.
[C,X ]+Cuà
CuX2
Dengan penguraian metode Lassargne,
senyawa yang mengandung halogen memberikan natrium halogenida termasuk natrium
flourida. Oleh karena itu, halogenida ini dapat dikarakterisasi dengan cara
sama yang berlaku untuk anorganik, dengan reaksi:
[C,X] + Na à
NaX
f.
Identifikasi
Fosfor
Dalam sebagian besar senyawa organik
seperti farmasenik, fosfor merupakan turunan asam phospat dan dapat
diidentifikasi sebagai fosfor setelah terhidrolisis. Jika tidak demikian,
senyawa fosfor organik didestruksi oksidatif dengan cara memanaskannya dengan
asam nitrat dan natrium peroksida serta Bom wurzsohiniff (cawan nikel yang
ditutup dan disekrup). Disini juga akan terjadi fosfor yang dapat diidentifikasi
dengan cara terkenal yaitu ammonium.
[C,P] + Na2CO2
à
Na3PO3
[C,P ]+ HNO3
à
H3PO4
Suatu
identifikasi juga didasarkan pada kelarutan suatu senyawa itu dalam senyawa
lain. Kelarutan merupakan kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan sejumlah zat
pelarut. Semakin besar nilai kelarutan, maka zat akan semakin sukar mengendap
begitu pula sebaliknya, semakin kecil nilai kelarutan, maka zat akan semakin
mudah membentuk suatu endapan. Sifat suatu zat dalam pelarut yang berbeda akan
mempengaruhi nilai kelarutannya. Jika pelarut dan zat terlarut memiliki
kesamaan sifat maka akan dengan mudah larut, tetapi jika pelarut dan zat
terlarut tidak memiliki kesamaan sifat maka akan sukar melarut dalam
pelarutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu :
a. Temperatur
b. Pelarut
c. Efek
ion senama
d. Pengaruh
aktifator
e. Pengaruh
pH
f. Efek
kompleks
Kelarutan
suatu senyawa dalam pelarut tertentu ditentukan oleh sifat senyawa tersebut dan
sifat pelarutnya apakah polar atau nonpolar. Pada percobaan kali ini digunakan
pelarut bersifat polar yaitu aquades, NaOH, HCl encer, dan H2SO4,
sedangkan pelarut bersifat non polar yaitu eter. Dan menggunakan senyawa
bersifat polar yaitu metanol, maltosa, asam askorbat, sedangkan senyawa
bersifat non polar yaitu benzena.
IV.
Cara
Kerja
A.
Tes dengan peleburan Natrium
Pada
tabung reaksi I
a. Menempatkan
potongan logam Na ke dalam tabung reaksi I yang benar-benar kering, lalu
menambahkan sampel berupa Anilin 3 tetes dan memanaskannya.
b. Menambahkan
3 ml metanol ke dalam campuran tersebut.
c. Menambahkan
aquades ke dalam tabung tersebut dan menyaringnya.
Pada
tabung reaksi II
a. Menempatkan
potongan logam Na ke dalam tabung reaksi II yang benar-benar kering, lalu
menambahkan sampel berupa Diklorometana 3 tetes dan memanaskannya.
b. Menambahkan
3 ml metanol ke dalam campuran tersebut.
c. Menambahkan
aquades ke dalam campuran tersebut dan menyaringnya.
1. Tes
adanya Nitrogen
a. Filtrat
dari peleburan logam Na ditambahkan kristal FeSO4, lalu
memanaskannya.
b. Menambahkan
H2SO4 encer pada larutan dan menambahkan KF 5%.
2. Tes
adanya Belerang
a. Filtrat
dari peleburan logam Na ditambahkan CH3COOH.
b. Menambahkan
Pb Asetat.
3. Tes
adanya Halogen
a. Filtrat
dari peleburan logam Na ditambahkan HNO3 encer.
b. Menanbahkan
AgNO3, lalu menyaringnya.
c. Endapan
yang dihasilkan ditambahkan NH4OH
B.
Tes Kelarutan
1. Kelarutan
dalam air
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan
diuji, lalu menambahkan 2 ml aquades. Mengocoknya dan mengamati larut atau
tidak.
2. Kelarutan
dalam Eter
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan
diuji, lalu menambahkan 2 ml eter. Mengocoknya dan mengamati larut atau tidak.
3. Kelarutan
dalam NaOH
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan
diuji, lalu menambahkan 2 ml NaOH. Mengocoknya dan mengamati larut atau tidak.
4. Kelarutan
dalam HCl
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan
diuji, lalu menambahkan 2 ml HCl. Mengocoknya dan mengamati larut atau tidak.
5. Kelarutan
dalam H2SO4 pekat
Mengambil 4 tetes senyawa yang akan
diuji, lalu menambahkan 2 ml H2SO4. Mengocoknya dan
mengamati larut atau tidak.
V.
Data
Pengamatan
(a) Tes
dengan Peleburan Logam Na
Perlakuan
|
Pengamatan
|
Logam
Na dipanaskan pada dua tabung reaksi:
(i)
tabung reaksi pertama
-
Na yang dipanaskan + anilin
kemudian dipanaskan
-
didinginkan +metanol, +aquades
-
disaring maka terbentuk
ppt+filtrat
-
filtrat dibagi menjadi dua:
a. +CH3COOH,
+Pb Asetat (uji belerang)
b. +FeSO4
kemudian dipanaskan, +H2SO4 encer, + KF 5% (uji
nitrogen)
(ii)
tabung reaksi kedua
-
Na dipanaskan + diklorometana
kemudian dipanaskan
-
didinginkan kemudian ditambahkan metanol
dan aquades
-
disaring sehingga terbentuk
ppt+filtrat
-
filtrat + HNO3 encer
-
kemudian + AgNO3 exes
-
disaring terbentuk ppt+filtrat
-
ppt+NH4OH ( Uji
Halogen)
|
warna
logam menjadi hitam
+
metanol = menghasilkan gas, gelembung, endapan coklat dan filtrat coklat
kehitaman.
+
aquades = terbentuk 2 lapisan, endapan
mengembang, lapisan bawah coklat.
endapan
setelah disaring berwarna hitam
tidak
terbentuk endapan hitam
terbentuk
endapan biru prusi
Na
melarut sehingga terdapat endapan putih
+
metanol = ada gelembung, Na bereaksi terbentuk endapan putih dan hitam,
berbau menyengat, filtrat keruh.
+
aquades = endapan sebagian diatas dan dibawah
setelah
disaring filtrat putih keruh
filtrat
lebih bening
larutan
berwarna putih susu dan ada endapan putih
endapan
putih + fitrat bening
endapan
menyatu/ larut, menghasilkan gas menyengat
|
(b) Tes
Kelarutan
zat terlarut
zat
pelarut
|
metanol
|
benzena
|
maltosa
|
asam askorbat
|
Aquades
|
larut
|
tidak larut
|
larut
|
larut
|
Eter
|
larut
|
tidak larut
|
tidak larut
|
tidak larut
|
NaOH
|
larut
|
tidak larut
|
larut
|
larut
|
HCl
|
larut
|
tidak larut
|
larut
|
larut
|
H2SO4 pekat
|
larut
|
tidak larut
|
tidak larut
|
larut
|
VI.
Pembahasan
Pada
percobaan kali ini bertujuan untuk dapat menganalisis secara kualitatif suatu
unsur dalam senyawa organik serta dapat menentukan kelarutan dan unsur-unsur
yang ada dalam senyawa organik.
Pada
dasarnya, suatu identifikasi struktur senyawa organik merupakan masalah yang
dihadapi dalam laboratorium kimia organik. Senyawa organik dapat diperoleh dari
hasil suatu reaksi atau hasil isolasi bahan-bahan alam. Dalam sintesis
seringkali dijumpai senyawa baru atau senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam
isolasi bahan akan diperlukan suatu analisis struktur dari bahan yang diisolasi
untuk mengetahui senyawa yang diperoleh.
Untuk
keperluan identifikasi senyawa organik tersebut, diperlukan cara yang
sistematis dan logis. Cara umum untuk mendukung keperluan identifikasi senyawa
yang belum diketahui terdiri dari beberapa langkah :
1. Penentuan
konstanta sifat fisika.
2. Analisa
kualitatif unsur yaitu menentukan unsur-unsur yang ada dalam suatu senyawa.
3. Penentuan
sifat kelarutan dari senyawa tersebut.
4. Analisis
gugus fungsi dengan bantuan spektrofotometer inframerah.
5. Uji
karakteristik kimia yaitu untuk menentukan golongan (keton,alkohol,dll) bahan
yang belum diketahui.
6. Penelusuran
literatur untuk senyawa yang mempunyai golongan yang sama dapat dipastikan
dengan mudah nama senyawa yang tidak diketahui.
7. Pembuatan
senyawa turunan yaitu untuk memastikan senyawa yang diidentifikasi.
Sekalipun telah banyak ditemukan
unsur yang terdapat di alam. Namun unsur yang ada dalam senyawa organik pada
umumnya meliputi unsur-unsur nitrogen, klorida, iodide, belerang, hidrogen,
oksigen dan karbon.
Beberapa identifikasi unsur dalam
senyawa organik yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
A. Tes
dengan Peleburan Logam Na
Cara mengidentifikasi
suatu unsur dapat menggunakan logam natrium. Pertama-tama, logam natrium yang
berwarna abu-abu dipanaskan dalam dua tabung reaksi yang benar-benar kering.
Jika tabung reaksi masih basah/mengandung air akan menimbulkan letupan jika
bereaksi dengan Na karena Na sangat reaktif dengan air. Setelah dipanaskan
sampai keluar asap, logam Na didinginkan dahulu. Kemudian ditambahkan anilin
dan diklorometana pada tabung yang lain. Setelah penambahan anilin terbentuk
endapan berwarna hitam dan penambahan diklorometana terdapat larutan berwarna
putih serta ada endapan putihnya juga. Selanjutnya kedua tabung reaksi itu
ditambahkan metanol dan aquades. Penambahan metanol berfungsi untuk
menghilangkan logam Na yang masih ada dan ditambahkan aquades agar Na bereaksi
menjadi NaOH membentuk endapan. Kemudian dididihkan sampai timbul gas, yang
kemungkinan adalah H2. Reaksi yang terjadi adalah
2Na + 2 H2O à
2Na+ + 2 OH- + H2 (g)
Setelah
dingin disaring dengan kertas saring yang bertujuan untuk memperoleh
filtrat/menghilangkan endapan yang ada. Filtrat yang diperoleh dari kedua
tabung reaksi seharusnya jernih tetapi pada tabung reaksi kedua (penambahan
diklorometana) filtrat putih keruh karena kebanyakan aquades.
a. Tes
adanya nitrogen
Identifikasi ini
dilakukan dengan percobaan Lassargne yaitu destruksi reduksi. Senyawa dengan
pemanasan logam natrium. Nitrogen yang terikat secara organik dalam hal ini
diubah menjadi natrium sianida.
[C,N] +Na à NaCN dalam
senyawa organik
Sianida yang terbentuk diidentifikasikan
dalam asam asetat dengan timbel (II) asetat (pewarna hitam) atau dalam larutan
alkali dengan natrium pentasianoferat (II) (pewarna violet)
S2- + Pb 2+
à
PbS (hitam)
[Fe (CN)5
NO]2- + S2- à[Fe (CN)5
NO5]4- (violet)
Pada
percobaan kali ini untuk mengetahui adanya nitrogen maka filtrat hasil anilin
(tabung reaksi pertama) ditambahkan FeSO4 yang menghasilkan larutan
coklat muda dan setelah dipanaskan ada endapan hitam sedikit. Kemudian
didinginkan baru ditambah H2SO4 encer, larutan menjadi
gel yang terbentuk 2 lapisan, atas berwarna coklat muda dan bawah berwarna
hitam. Kemudian adanya penambahan KF 5% ini terbentuk endapan biru prusi.
Penambahan KF berfungsi untuk mengidentifikasi adanya nitrogen dalam larutan.
Jika dalam larutan ada nitrogen maka akan timbul endapan biru prusi. Dan pada
saat percobaan terbukti adanya nitrogen karena endapan yang terbentuk berwarna biru prusi sama seperti teori.
b. Tes
adanya belerang
Jika suatu senyawa
organik mengandung nitrogen dan belerang bersama-sama dengan destruksi
Lassargne akan terbentuk tiosianat, tergantung dari campuran nitrogen/belerang
apakah nantinya akan terbentuk natrium sianida/natrium sulfida. Identifikasi
tiosianat dapat dilakukan dengan besi (III) klorida.
[C,N,S] +Na à
NaSCN dalam senyawa organik
Untuk
mengetahui adanya belerang maka filtrat hasil dari penambahan anilin (tabung
reaksi pertama) ditambah CH3COOH dan Pb(CH3COO)2.
Setelah penambahan kedua larutan tersebut tidak terbentuk endapan hitam padahal
jika terdapat belerang didalamnya membentuk endapan hitam PbS.
Reaksi
: S2- + Pb2- à PbS (hitam)
Penambahan Pb(CH3COO)2
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya belerang dalam suatu larutan.
c. Tes
adanya halogen
Pada
dasarnya senyawa halogen organik dengan berat molekul rendah
yang dapat terbakar ditunjukkan dengan batang pengaduk gelas dibasahi dengan
ammonia dan diletakkan dalam gas hasil pembakaran, akan terjadi kabut ammonium halogenida.
[C,X,N]
+O2 à HX +CO2
dalam senyawa organik
HX
+ NH3 à NH4-
(mengendap) ; X = F,Cl,Br,I
Pada
percobaan ini melakukan percobaan yang cukup sederhana yaitu dengan filtrat
pada tabung reaksi kedua (penambahan diklorometana) ditambah dengan HNO3
encer larutan akan menjadi lebih bening, kemudian ditambah AgNO3
encer berlebih menghasilkan endapan putih dan larutan putih susu. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam larutan terdapat halogen. Kemudian endapan ditambahkan
amonia dan endapannya larut serta timbul gas menyengat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dalam larutan mengandung klorida karena terbentuk endapan
putih dan larut dalam amonia. Sedangkan halogen yang lain tidak larut dalam
amonia.
B. Tes
Kelarutan
Pada
dasarnya, kelarutan merupakan kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan sejumlah
zat pelarut. Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut tertentu ditentukan oleh
sifat senyawa tersebut dan sifat pelarutnya apakah polar atau nonpolar.
Prinsipnya menggunakan kaidah “Like Disolve like” bahwa senyawa polar dapat
larut dalam senyawa polar juga, sedangkan senyawa non-polar dapat larut dalam
senyawa non-polar. Pada percobaan kali ini digunakan pelarut bersifat polar
yaitu aquades, NaOH, HCl encer, dan H2SO4, sedangkan
pelarut bersifat non polar yaitu eter. Dan menggunakan senyawa bersifat polar
yaitu metanol, maltosa, asam askorbat, sedangkan senyawa bersifat non polar
yaitu benzena.
1. Kelarutan
Dalam Air
Pada percobaan ini,
masing-masing sampel sebanyak 0,1 gr diuji kelarutannya terhadap air, yang
bersifat polar : dari tes dilakukan, ternyata baik asam askorbat, maltosa,
metanol larut, sedangkan benzena tidak larut. Hal ini disebabkan karena asam
askorbat, maltosa dan metanol adalah senyawa polar, sehingga dapat larut dalam
air yang juga bersifat polar, berbeda dengan benzena yang merupakan senyawa non
polar sehingga tidak dapat larut dalam air. Hal ini sesuai dengan prinsip like
disolve like, yaitu tergantung pada kepolaran senyawa. Urutan kepolaran : maltosa
> asam askorbat > metanol > benzena. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
maltosa, asam askorbat dan methanol memiliki sifat yang sama dengan air yaitu
sama-sama senyawa polar.
2. Kelarutan
Dalam Eter
Pada uji kelarutan
terhadap eter, sempel yang digunakan masih sama yaitu asam askorbat, maltosa,
metanol dan benzena. Hasil percobaan asam askorbat, benzena, maltosa tidak
larut. Sedangkan metanol larut. Campuran asam askorbat dan eter membentuk
endapan kuning dengan filtrat bening, sedangkan campuran maltosa dan eter
membentuk endapan putih dengan filtrat bening. Senyawa yang biasanya larut
dalam eter dan air adalah senyawa non ionik, namun banyak senyawa yang tidak
larut dalam air, dapat larut dalam eter. Jika senyawa organik larut dalam air,
tetapi tidak larut dalam eter kemungkinan senyawa itu merupakan senyawa ionik
atau senyawa dengan dua atau lebih gugus polar tetapi taom karbonnya kurang
dari 4 tiap gugus polar . urutan kepolaran: metanol > maltosa > asam
askorbat > benzena.
3. Kelarutan
dalam HCl
Dari percobaaan didapat
data bahwa yang larut dalam HCl adalah metanol, maltosa, dan asam askorbat,
karena sama-sama bersifat polar. Sedangkan benzena tidak larut dalam HCl,
karena keduanya mempunyai sifat kepolalaran yang berbeda, HCl bersifat polar
sedangkan benzena bersifat non polar. Hal ini sesuai dengan dengan teori “Like
Disolve Like”.
4. Kelarutan
dalam H2SO4 pekat
Pada percobaan ini
diperoleh data bahwa yang dapat larut dalam H2SO4 encer
adalah metanol dan asam askorbat, karena
sama-sama bersifat polar. Namum pada percobaan, maltosa tidak dapat
larut dalam dalam H2SO4 encer,
hal ini tidak sesuai dengan teori, damana seharusnya maltosa larut dalam H2SO4
encer karena sama-sama bersifat polar. Benzena tidak larut dalam H2SO4
encer karena keduanya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda.
5. Kelarutan
dalam NaOH
Larutan NaOH merupakan
kelarutan basa kuat. NaOH merupakan senyawa polar yang berfungsi sebagai
pengujian gugus basa. Hal ini dibuktikan dalam percobaan bahwa maltosa, metanol
dan asam askorbat larut dalam NaOH, karena sama-sama bersifat polar. Sedangkan
benzena tidak larut dalam NaOH, karena berbeda sifat kelarutannya, damana NaOH
bersifat polar sedangkan benzena bersifat non polar. Hal ini sesuai dengan
teori “Like Disolve Like”.
VII.
Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat
disimpulkan bahwa:
1. Identifikasi
struktur senyawa organik dapat dilakukan dengan analisis kualitatif
(warna,gas,endapan) dengan mereaksikan sampel dengan pelarut tertentu.
2. Kelarutan
suatu senyawa ditentukan dari sifat senenyawa ditentukan dari sifat senyawa
yaitu polar dan non-polar.
3. Berdasarkan
kaidah “like disolve like”, senyawa polar akan larut dalam senyawa polar,
sedangkan senyawa non-polar akan larut dalam senyawa non-polar.
4. Sifat
non-polar yang dominan akan mengurangi
daya kelarutan suatu senyawa dalam pelarut.
5. Untuk
mengidentifikasi struktur senyawa organik dilakukan dengan tes nitrogen, tes
belerang, tes halogen dan tes kelarutan.
6. Kelarutan
dipengaruhi oleh sifat suatu zat, zat pelarut , temperatur dan tekanan.
7. Dari
percobaan diperoleh data:
o
Dalam sampel mengandung klorida dan
nitrogen.
o
Zat pelarut bersifat polar adalah air, H2SO4
pekat , HCl, NaOH; sedangkan zat pelarut bersifat non-polar adalah eter.
o
Maltosa larut dalam air, HCl, NaOH
Benzena
tidak larut dalam pelarut yang ada
Metanol
larut dalam air, eter, HCl, NaOH, H2SO4 pekat
Asam
askorbat larut dalam air, NaOH, HCl, H2SO4 pekat
VIII.
Daftar
Pustaka
Anwar,Chairil,dkk.1996.Pengantar Praktikum Kimia Organik I.Yogyakarta:
F.MIPA UGM.
Fessenden
and Fessenden.1999.Kimia Organik I.Jakarta:
Erlangga.
Redjeki,Tri.1999.Kimia Dasar II.Surakarta: UNS Press.
Siregar,Morgong.1988.Dasar Kimia Organik.Jakarta: Depdikbud.
Susanti,Elfi.2011.Petunjuk Praktikum Kimia Organik I.Surakarta:
UNS Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar