Walaupun agak tidak terlalu jelas,
kontribusi kromatografi pada perkembangan kimia modern tidak dapat dipandang
rendah. Tanpa teknik kromatografi, sintesis senyawa murni (atau hampir murni)
akan sangat sukar , dan dalam banyak kasus, hampir tidak mungkin.
Di awal abad ke-20, kimiawan Rusia
Mikhail Semënovich Tsvet (1872-1919) menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk
kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan campuran pigmen tanaman yang
dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan membentuk
lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi pada teknik
pemisahan baru ini (1906). Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin
Willstätter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni khlorofil
untuk menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian diberikan
pada kromatografi.
Kromatografi adalah teknik untuk
memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik
masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya
diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom
dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok
(fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen
dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi
antara fasa mobil dan fasa diam (stationer).
Komponen utama kromatografi adalah
fasa stationer dan fasa mobil dan kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis
bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya, seperti
ditunjukkan di Tabel 12.1
Tabel
12.1 Klasifikasi kromatografi
Kriteria
|
Nama
|
Fasa
mobil
|
Kromatografi cair, kromatografi
gas
Kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi |
Mekanisme
|
Kromatografi
pertukaran ion
kromatografi gel |
Fasa
stationer
|
Kromatografi
kolom, kromatografi lapis tipis,
kromatografi kertas |
Beberapa contoh kromatografi yang
sering digunakan di laboratorium diberikan di bawah ini.
a.
Kromatografi partisi
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan
dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang
dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi
berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan
antara fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut
diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi
ruang antar partikel yang ter adsorbsi.
Contoh khas kromatografi partisi
adalah kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien
untuk pemisahan senyawa organik (Gambar 12.3).
Kolomnya (tabung gela) diisi dengan
bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben, dan
pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom
dari atas sehingga sammpel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa
mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom.
Partisi zat terlarut berlangsung di
pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh
adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami
proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk
masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing
zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa
lapisan.
Akhirnya, masing-masing lapisan
dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen murninya. Nilai R
didefinisikan untuk tiap zat etralrut dengan persamaan berikut.
R
= (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang ditempuh pelarut/fasa
mobil).
Gambar
12.3 Diagram skematik kromatografi
b.
Kromatografi kertas
Mekanisme pemisahan dengan
kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom.
Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel
yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam
wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi
dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat
atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.
Kromatografi kertas diterapkan untuk
analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki
sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah
menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling
sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan
kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka.
Kimiawan Inggris Richard Laurence
Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda
analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino
menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam
amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa
berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses
dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak
tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi.
Kromatografi kertas dua-dimensi (2D)
menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses
secara dua dimensi dengan dua pelarut.
Gambar
12.4 Contoh hasil kromatografi kertas pigmen dari
www.indigo.com/ science-supplies/filterpaper. html
www.indigo.com/ science-supplies/filterpaper. html
c.
Kromatografi gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan
kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat)
atau cairan (kromatografi gas-cair).
Umumnya, untuk kromatografi
gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina
teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam
gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen,
nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih
rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan
dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair,
ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina
teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam
dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur
dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan
dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi.
Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.
Metoda ini khususnya sangat baik
untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan
ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan sukses
dilakukan dengan teknik ini.
Efisiensi pemisahan ditentukan
dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya. Disarankan untuk mencoba
fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa. Berdasarkan
hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya,
akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung
apakah tujuannya analisik atau preparatif.
d.
HPLC
Akhir-akhir ini, untuk pemurnian
(misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik skala besar, HPLC (high
precision liquid chromatography atau high performance liquid chromatography)
secara ekstensif digunakan. Bi la zat melarut dengan pelarut yang cocok, zat
tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi
untuk mengirim fasa mobil kedalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju
dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar.
Silika gel atau oktadesilsilan yang
terikat pada silika gel digunakan sebagai fasa stationer. Fasa stationer cair
tidak populer. Kolom yang digunakan untuk HPLC lebih pendek daripada kolom yang
digunakan untuk kromatografi gas. Sebagian besar kolom lebih pendek dari 1 m.
Kromatografi penukar ion menggunakan
bahan penukar ion sebagai fasa diam dan telah berhasil digunakan untuk analisis
kation, anion dan ion organik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar